Your Beliefs become Your Thoughts, Your Thoughts become Your Words.
Your Words become Your Actions, Your Actions become Your Habits.
Your Habits become Your Values, Your Values becomes Your Destiny.
Keyakinan Anda menjadi pikiran Anda, Pikiran Anda menjadi kata-kata Anda.
Kata-kata Anda menjadi tindakan Anda, Tindakan Anda menjadi kebiasaan Anda.
Kebiasaan Anda menjadi Nilai Diri Anda, Nilai Diri Anda menjadi takdir Anda.”
-Mahatma Gandhi-
Kekuatan sebuah kata akan mengubah dunia. Hanya sedikit mengubah kata, maka dunia kurasakan berbeda menjadi lebih indah dan bersemangat. Namun, diriku harus berhati-hati dalam memilih kata-kata tersebut agar bisa menjadi sebuah kata yang mampu memberikan kekuatan semangat dan bukan sebaliknya.
Change your words, and you can change your world
Seringkali diriku meratapi
sebuah nasib perihal orientasi seksualku. Berbagai pertanyaan-pertanyaan seringkali muncul seperti: "mengapa aku diberi cobaan ini?" ; "Apakah aku bisa berubah?" dan sebagainya. Dan seringkali pula pertanyaan tersebut diikuti oleh sebuah pernyataan yang semakin melemahkan jiwa ini. "Apa gunanya aku hidup?" ; "Aku tersiksa dengan keadaan ini"; "Aku adalah orang yang paling menyedihkan di dunia ini" dan pelbagai pernyataan sejenis.
Hingga tiada kusadari pernyataan itu membuatku melemah dan seringkali terjerumus pada sebuah tindakan yang tidak semestinya. Contohnya, semakin menarik diri untuk bergaul dengan sesama jenis dalam hal maskulinitas. Dan hal ini seperti lingkaran syeitan, yang akan memperparah keadaan penderita penyuka sesama jenis (same sex attraction, ssa).
Dan saat ini, yang ada dalam pikiranku hanyalah sebuah kata-kata positif yang akan membangun dan memperbaiki sebuah keadaanku di masa depan, khususnya akhirat. Pikiranku tidak terfokus pada "Aku ingin mengubah ketertarikan seksual ini" Namun lebih kepada "Aku ingin mengendalikan ketertarikan seksual ini". Dan Sungguh diriku berucap syukur kepada Allah swt terhadap berbagai perubahan yang terjadi dalam diriku.
Diriku tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk merenung, meratapi nasib, atau bahkan menangis seharian diiringi dengan kata-kata yang semakin membuat hatiku terjatuh dan tiada bergairah dalam menjalani sebuah kehidupan. Ketika kusadari, bahwasannya "ketertarikan seksual sesama jenis (baca, SSA)" ini ada bersama dengan proses kehidupanku. Maka aku nyaman hidup bersamanya dan setiap hari adalah pelajaran bagi diri ini tentang bagaimana "mengendalikan" SSA.
Inti dari sebuah permasalahan, Bukanlah seberapa besar masalahnya. Namun, bagaimana diriku menyikapi permasalahan tersebut. Bagi seseorang dengan SSA, akan terlihat berbeda tergantung dari cara pandang mereka tentang apa itu SSA?. Hidup dengan SSA, dibutuhkan sebuah penerimaan yang benar. Penerimaan ini tentunya harus dipahami secara benar. Penerimaan sebagai seseorang yang memiliki ketertarikan sesama jenis. Menurutku, tidaklah harus mengikuti keinginan tersebut. Namun lebih kepada menerima bahwa diri ini hidup dengan SSA dan akan berdamai dengan SSA melalui sebuah sikap pengendalian terhadap ketertarikan tersebut.
Cobaan menjadi seorang SSA bukanlah perkarah mudah, namun sangat mungkin untuk dihadapi. Hal ini dikarenakan cobaan ini juga berkaitan dengan "nafsu syahwat". Sehingga perjuangan dalam perang melawan SSA, harus disadari tidaklah gampang, karena terkait dengan diri sendiri dan godaan syeitan. Sehingga memang perlu perisai yang kuat dan ketat dalam meminimalisir masuknya godaan syeitan ke dalam kalbu keimanan.
Sembuh dari SSA bukan berarti hilangnya ketertarikan sesama jenis dalam tubuhku. Namun lebih kepada, kemampuan diri ini dalam mengendalikan nafsu SSA. Dari segi kedokteran, memang ada banyak penyakit yang target "kesembuhannya" bukan terletak pada "hilangnya" penyakit, namun lebih kepada "pengontrolan" terhadap penyakit tersebut dari hal-hal yang "membahayakan" bagi tubuh. Contoh, penyakit hipertensi, kencing manis, skizofren dan sebagainya. Seorang dengan penyakit hipertensi, memang tidak bisa disembuhkan namun penyakit ini bisa dikontrol/ dikendalikan agar tidak sampai kepada hal-hal yang merusak ke organ jantung, otak dsb.
Sama halnya dengan SSA, meski belum mampu hilang dalam tubuhku. Namun perasaan/ nafsu ini harus dikontrol agar tak merusak khususnya dalam hal keimanan. Ingatlah, penyakit yang paling berbahaya adalah penyakit hati. Contoh penyakit hati adalah dengki, ria/sombong, munafik, dan bahkan kafir. Karena penyakit itu tak tampak di mata, namun beresiko kepada jiwa di hari pembalasan kelak. Ketika diriku mampu mengendalikan nafsu ini di dunia, sungguh aku mungkin tidak merasakan kemanfaatan sekarang, mungkin juga ada beberapa pendapat kalau diriku "tersiksa" akibat pengendalian diri yang ku lakukan. Namun sekali lagi, semuanya tergantung pada "kata-kata" yang menjadikan diri ini memiliki ghirah/semangat dalam menjalani sebuah keputusan yang dijalani.
Sebagai penutup motivasi, Alkisah ada seorang buta yang ditanya tentang bagaimana dia menjalani kehidupannya dengan tak mampu "melihat" keindahan dunia. Dia pun menjawab bahwasannya keberuntungan dia dilahirkan sebagai seorang buta adalah dia mampu "melihat" semuanya dengan hati yang damai sehingga keadaan disekitar menurutnya pun nampak indah yang berawal dari hati yang damai. Dan dia pun kembali bersyukur tak "melihat" berbagai kerusakan yang dilakukan oleh sekelompok manusia di muka bumi ini.
akan ada hikmah di setiap cobaan, jika hati ini meyakini.
-gerhanahuda-
next wrote: "Ku mencinta dan menikah karena Allah swt"