TERAPI RASULULLAH DALAM PENYEMBUHAN PENYAKIT AL-ISYQ (CINTA)
Oleh
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Mukaddimah
Virus hati yang bernama cinta ternyata telah banyak memakan korban.
Mungkin anda pernah mendengar seorang remaja yang nekat bunuh diri
disebabkan putus cinta, atau tertolak cintanya. Atau anda pernah
mendengar kisah Qeis yang tergila-gila kepada Laila. Kisah cinta yang
bermula sejak mereka bersama mengembala domba ketika kecil hingga
dewasa. Akhirnya sungguh tragis, Qeis benar-benar menjadi gila ketika
laila dipersunting oleh pria lain. Apakah anda pernah mengalami problema
seperti ini atau sedang mengalaminya? mau tau terapinya? Mari sama-sama
kita simak terapi mujarab yang disampaikan Ibnu Qoyyim dalam karya
besarnya Zadul Ma'ad.
Beliau berkata : Gejolak cinta adalah jenis penyakit hati yang
memerlukan penanganan khusus disebabkan perbedaannya dengan jenis
penyakit lain dari segi bentuk, sebab maupun terapinya. Jika telah
menggerogoti kesucian hati manusia dan mengakar di dalam hati, sulit
bagi para dokter mencarikan obat penawarnya dan penderitanya sulit
disembuhkan.
Allah mengkisahkan penyakit ini di dalam Al-Quran tentang dua tipe
manusia, pertama wanita dan kedua kaum homoseks yang cinta kepada mardan
(anak laki-laki yang rupawan). Allah mengkisahkan bagaimana penyakit
ini telah menyerang istri Al-Aziz gubernur Mesir yang mencintai Nabi
Yusuf, dan menimpa Kaum Luth. Allah mengkisahkan kedatangan para
malaikat ke negeri Luth
Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena)
kedatangan tamu-tamu itu. Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah
tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), dan bertakwalah
kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina ".Mereka berkata:
"Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" Luth
berkata: "Inilah puteri-puteri (negeri) ku (kawinlah dengan mereka),
jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)". (Allah berfirman): "Demi
umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam
kemabukan (kesesatan)". [Al-Hijr: 68-72]
KEBOHONGAN KISAH CINTA NABI DENGAN ZAINAB BINTI JAHSY
Ada sekelompok orang yang tidak tahu menempatkan kedudukan Rasul
sebagaimana layaknya, beranggapan bahwa Rasulullah tak luput dari
penyakit ini sebabnya yaitu tatkala beliau melihat Zaenab binti Jahsy
sambil berkata kagum: Maha Suci Rabb yang membolak-balik hati, sejak itu
Zaenab mendapat tempat khusus di dalam hati Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam, oleh karena itu Beliau berkata kepada Zaid bin
Haritsah: Tahanlah ia di sisimu hingga Allah menurunkan ayat:
“Artinya : Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah
telah melimpahkan ni`mat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi ni`mat
kepadanya : "Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah",
sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan
menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang
lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri
keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan
dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mu'min untuk (mengawini)
isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu
telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah
ketetapan Allah itu pasti terjadi” [Al-Ahzab :37] [1]
Sebagain orang beranggapan ayat ini turun berkenaan kisah kasmaran Nabi,
bahkan sebagian penulis mengarang buku khusus mengenai kisah kasmaran
para Nabi dan meyebutkan kisah Nabi ini di dalamnya. Hal ini terjadi
akibat kejahilannya terhadap Al-Quran dan kedudukan para Rasul, hingga
ia memaksakan kandungan ayat apa-apa yang tidak layak dikandungnya dan
menisbatkan kepada Rasulullah suatu perbuatan yang Allah menjauhkannya
dari diri Beliau .
Kisah sebenarnya, bahwa Zainab binti Jahsy adalah istri Zaid ibn Harisah
.--bekas budak Rasulullah-- yang diangkatnya sebagai anak dan dipanggil
dengan Zaid ibn Muhammad. Zainab merasa lebih tinggi dibandingkan Zaid.
Oleh Sebab itu Zaid ingin menceraikannya. Zaid datang menemui
Rasulullah minta saran untuk menceraikannya, maka Rasulullah
menasehatinya agar tetap memegang Zainab, sementara Beliau tahu bahwa
Zainab akan dinikahinya jika dicerai Zaid. Beliau takut akan cemoohan
orang jika mengawini wanita bekas istri anak angkatnya. Inilah yang
disembunyikan Nabi dalam dirinya, dan rasa takut inilah yang tejadi
dalam dirinya. Oleh karena itu di dalam ayat Allah menyebutkan karunia
yang dilimpahkanNya kepada Beliau dan tidak mencelanya karena hal
tersebut sambil menasehatinya agar tidak perlu takut kepada manusia
dalam hal-hal yang memang Allah halalkan baginya sebab Allah-lah yang
seharusnya ditakutinya. Jangan Sampai beliau takut berbuat sesuatu hal
yang Allah halalkan karena takut gunjingan manusia, setelah itu Allah
memberitahukannya bahwa Allah langsung yang akan menikahkannya setelah
Zaid menceraikan istrinya agar Beliau menjadi contoh bagi umatnya
mengenai kebolehan menikahi bekas istri anak angkat, adapun menikahi
bekas istri anak kandung maka hal ini terlarang.sebagaimana firman
Allah:
"Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu" [Al-Ahzab: 40]
Allah berfirman di pangkal surat ini:
"Artinya : Dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak
kandungmu (sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu
saja" [Al-Ahzab : 4]
Perhatikanlah bagaiamana pembelaan terhadap Rasulullah ini, dan bantahan
terhadap orang-orang yang mencelanya. Wabillahi at-Taufiq.
Tidak dipungkiri bahwa Rasulullah sangat mencintai istri-istrinya.
Aisyah adalah istri yang paling dicintainya, namun kecintaannya kepada
Aisyah dan kepada lainnya tidak dapat menyamai cintanya tertinggi, yakni
cinta kepada Rabbnya. Dalam hadis shahih:
"Artinya : Andaikata aku dibolehkan mengambil seorang kekasih dari salah
seorang penduduk bumi maka aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai
kekasih"[2]
KRITERIA MANUSIA YANG BERPOTENSI TERJANGKIT PENYAKIT AL-ISYQ
Penyakit al-isyq akan menimpa orang-orang yang hatinya kosong dari rasa
mahbbah (cinta) kepada Allah, selalu berpaling dariNya dan dipenuhi
kecintaan kepada selainNya. Hati yang penuh cinta kepada Allah dan rindu
bertemu dengaanNya pasti akan kebal terhadap serangan virus ini,
sebagaimana yang terjadi dengan Yusuf alaihis salam:
"Artinya ; Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan
itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan
wanita itu andaikata dia tiada melihat tanda (dari) Tuhannya.
Demikianlah, agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian.
Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih" [Yusuf :
24]
Nyatalah bahwa Ikhlas merupakan immunisasi manjur yang dapat menolak
virus ini dengan berbagai dampak negatifnya berupa perbuatan jelek dan
keji.Artinya memalingkan seseorang dari kemaksiatan harus dengan
menjauhkan berbagai sarana yang menjurus ke arah itu .
Berkata ulama Salaf: penyakit cinta adalah getaran hati yang kosong dari
segala sesuatu selain apa yang dicinta dan dipujanya. Allah berfirman
mengenai Ibu Nabi Musa:
"Artinya ; Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir
saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan
hatinya" [Al-Qasas :11]
Yakni kosong dari segala sesuatu kecuali Musa karena sangat cintanya kepada
Musa dan bergantungnya hatinya kepada Musa.
BAGAIMANA VIRUS INI BISA BERJANGKIT ?
Penyakit al-isyq terjadi dengan dua sebab, Pertama : Karena mengganggap
indah apa-apa yang dicintainya. Kedua: perasaan ingin memiliki apa yang
dicintainya. Jika salah satu dari dua faktor ini tiada niscaya virus
tidak akan berjangkit. Walaupun Penyakit kronis ini telah membingungkan
banyak orang dan sebagian pakar berupaya memberikan terapinya, namun
solusi yang diberikan belum mengena.
MAKHLUK DICIPTAKAN SALING MENCARI YANG SESUAI DENGANNYA
Berkata Ibn al-Qayyim: ketetapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan
hikmahNya menciptakan makhlukNya dalam kondisi saling mencari yang
sesuai dengannya, secara fitrrah saling tertarik dengan jenisnya,
sebaliknya akan menjauh dari yang berbeda dengannya.
Rahasia adanya percampuran dan kesesuaian di alam ruh akan mengakibatkan
adanya keserasian serta kesamaan, sebagaimana adanya perbedaan di alam
ruh akan berakibat tidak adanya keserasian dan kesesuaian. Dengan cara
inilah
tegaknya urusan manusia. Allah befirman:
"Artinya : Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan
daripadanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya”
[Al-A'raf :189]
Dalam ayat ini Allah menjadikan sebab perasaan tentram dan senang
seorang lelaki terhadap pasangannya karena berasal dari jenis dan
bentuknya. Jelaslah faktor pendorong cinta tidak bergantung dengan
kecantikan rupa, dan tidak pula karena adanya kesamaan dalam tujuan dan
keingginan, kesamaan bentuk dan dalam mendapat petunjuk, walaupun tidak
dipungkiri bahwa hal-hal ini merupakan salah satu penyebab ketenangan
dan timbulnya cinta.
Nabi pernah mengatakan dalam sebuah hadisnya:
"Artinya : Ruh-ruh itu ibarat tentara yang saling berpasangan, yang
saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan
berselisih "[3]
Dalam Musnad Imam Ahmad diceritakan bahwa asbabul wurud hadis ini yaitu
ketika seorang wanita penduduk Makkah yang selalu membuat orang tertawa
hijrah ke Madinah ternyata dia tinggal dan bergaul dengan wanita yang
sifatnya sama sepertinya yaitu senang membuat orang tertawa. Karena
itulah nabi mengucapkan hadis ini.
Karena itulah syariat Allah akan menghukumi sesuatu menurut jenisnya,
mustahil syariat menghukumi dua hal yang sama dengan perlakuan perbeda
atau mengumpulkan dua hal yang kontradiktif. Barang siapa yang
berpendapat lain maka jelaslah karena minimnya ilmu pengetahuannya
terhadap syariat ini atau kurang memahami kaedah persamaan dan
sebaliknya.
Penerapan kaedah ini tidak saja berlaku di dunia lebih dari itu akan diterapkan pula di akhirat, Allah berfirman:
"Artinya : (kepada malaikat diperintahkan): Kumpulkanlah orang-orang
yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang
selalu mereka sembah" [As-Shaffat : 23]
Umar ibn Khtaab dan seteelahnya Imam Ahmad pernah berkata mengenai
tafsiran wajahum yakni yang sesuai dan mirip dengannya .Allah juga
berfirman
"Artinya : Dan apabila jiwa dipertemukan" [At-Takwir : 7]
Yakni setiap orang akan digiring dengan orang-orang yang sama prilakunya
dengannya, Allah akan menggiring antara orang-orang yang saling
mencintai kareNya di dalam surga dan akan menggiring orang orang yang
saling bekasih-kasihan diatas jalan syetan di neraka Jahim, tiap oran
akan digiring dengan siapa yang dicintainya mau tidak mau. Di dalam
mustadrak Al-Hakim disebukan bahwa Nabi bersabda:
"Artinya : Tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali akan digiring bersama mereka kelak" [4]
CINTA DAN JENIS-JENISNYA
Cinta memiliki berbagai macam jenis dan tingkatan, yang tertinggi dan
paling mulia adalah mahabbatu fillah wa lillah (cinta karena Allah dan
di dalam Agama Allah) yaitu cinta yang mengharuskan mencintai apa-apa
yang dicintai Allah, yang dilakukan berlandaskan cinta kepada Allah dan
RasulNya.
Cinta berikutnya adalah cinta yang terjalin karena adanya kesamaan dalam
cara hidup, agama, mazhab, idiologi, hubungan kekeluargaaan, profesi
dan kesamaan dalam hal-hal lainnya.
Diantara jenis cinta lainnya yakni cinta yang motifnya karena ingin
mendapatkan sesuatu dari yang dicintainya, baik dalam bentuk kedudukan,
harta, pengajaran dan bimbingan, ataupun kebutuhan biologis. Cinta yang
didasari hal-hal seperti tadi yaitu al-mahabbah al-'ardiyah-- akan
hilang bersama hilangnya apa-apa yang ingin didapatnya dari orang yang
dicintai. Yakinlah bahwa orang yang mencintaimu karena sesuatu akan
meninggalkanmu ketika dia telah mendapat apa yang diinginkannya darimu.
Adapun cinta lainnya adalah cinta yang berlandaskan adanya kesamaan dan
kesesuaian antara yang mencintai dan yang dicinta. Mahabbah al-isyq
termasuk cinta jenis ini tidak akan sirna kecuali jika ada sesuatu yang
menghilangkannya. cinta jenis ini, yaitu berpadunya ruh dan jiwa, oleh
karena itu tidak terdapat pengaruh yang begitu besar baik berupa rasa
was-was, hati yang gundah gulana maupun kehancuran kecuali pada cinta
jenis ini.
Timbul pertanyaan bahwa cinta ini merupakan bertemunya ikatan batin dan
ruh, tetapi mengapa ada cinta yang bertepuk sebelah tangan? Bahkan
kebanyakan cinta seperti ini hanya sepihak dari orang yang sedang
kasamaran saja, jika cinta ini perpaduan jiwa dan ruh maka tentulah
cinta itu akan terjadi antara kedua belah pihak bukan sepihak saja?
Jawabnya yaitu bahwa tidak terpenuhinya hasrat disebabkan kurangnya
syarat tertentu, atau adanya penghalang sehingga tidak terealisasinya
cinta antara keduanya. Hal ini disebabkan tiga faktor ; Pertama: bahwa
cinta ini sebatas cinta karena adanya kepentingan, oleh karena itu tidak
mesti keduanya saling mencintai, terkadang yang dicintai malah lari
darinya. Kedua: adanya penghalang sehingga dia tidak dapat mencintai
orang yang dicintanya, baik karena adanya cela dalam akhlak, bentuk
rupa, sikap dan faktor lainnya. Ketiga: adanya penghalang dari pihak
orang yang dicintai.
Jika penghalang ini dapat disingkirkan maka akan terjalin benang-benang
cinta antara keduanya. Kalau bukan karena kesombongan, hasad, cinta
kekuasaan dan permusuhan dari orang-orang kafir, niscaya para
rasul-rasul akan menjadi orang yang paling mereka cintai lebih dari
cinta mereka kepada diri, keluarga dan harta.
TERAPI PENYAKIT AL-ISYQ
Sebagai salah satu jenis penyakit, tentulah al-isyq dapat disembuhkan
dengan terapi-terapi tertentu. Diantara terapi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Jika terdapat peluang bagi orang yang sedang kasmaran tersebut untuk
meraih cinta orang yang dikasihinya dengan ketentuan syariat dan suratan
taqdirnya, maka inilah terapi yang paling utama. Sebagaimana terdapat
dalam sahihain dari riwayat Ibn Mas'ud Radhiyallahu, bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Hai sekalian pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah
maka hendaklah dia menikah , barang siap yang belum mampu maka hendaklah
berpuasa karena puasa dapat menahan dirinya dari ketergelinciran
(kepada perbuatan zina)".
Hadis ini memberikan dua solusi, solusi utama, dan solusi pengganti.
Solusi petama adalah menikah, maka jika solusi ini dapat dilakukan maka
tidak boleh mencari solusi lain. Ibnu Majah meriwaytkan dari Ibnu Abbas
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Aku tidak pernah melihat ada dua orang yang saling mengasihi selain melalui jalur pernikahan".
Inilah tujuan dan anjuran Allah untuk menikahi wanita, baik yang merdeka ataupun budak dalam firman-Nya:
"Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah".[An-Nisa : 28]
Allah menyebutkan dalam ayat ini keringanan yang diberikannya terhadap
hambaNya dan kelemahan manusia untuk menahan syahwatnya dengan
membolehkan mereka menikahi para wanita yang baik-baik dua, tiga ataupun
empat, sebagaimana Allah membolehkan bagi mereka mendatangi budak-budak
wanita mereka. Sampai-sampai Allah membuka bagi mereka pintu untuk
menikahi budak-budak wanita jika mereka butuh sebagai peredam syahwat,
keringanan dan rahmati-Nya terhadap makluk yang lemah ini.
2. Jika terapi pertama tidak dapat dilakukan karena tertutupnya peluang
menuju orang yang dikasihinya karena ketentuan syar'i dan takdir,
penyakit ini bisa semangkin ganas. Adapun terapinya harus dengan
meyakinkan dirinya bahwa apa-apa yang diimpikannya mustahil terjadi,
lebih baik baginya untuk segera melupakannya. Jiwa yang berputus asa
untuk mendapatkan sesuatu, niscaya akan tenang dan tidak lagi
mengingatnya. Jika ternyata belum terlupakan, akan berpengaruh terhadap
jiwanya sehingga semangkin menyimpang jauh.
Dalam kondisi seperti ini wajib baginya untuk mencari terapi lain yaitu
dengan mengajak akalnya berfikir bahwa menggantungkan hatinya kepada
sesuatu yang mustahil dapat dijangkau adalah perbuatan gila, ibarat
pungguk merindukan bulan. Bukankah orang-orang akan mengganggapnya
termasuk ke dalam kumpulan orang-orang yang tidak waras?
Apabila kemungkinan untuk mendapatkan apa yang dicintainya tertutup
karena larangan syariat, terapinya adalah dengan mengangap bahwa yang
dicintainya itu bukan ditakdirkan menjadi miliknya. Jalan keselamatan
adalah dengan menjauhkan dirinya dari yang dicintainya. Dia harus merasa
bahwa pintu kearah yang diingininya tertutup, dan mustahil tercapai.
3. Jika ternyata jiwanya yang selalu menyuruhnya kepada kemungkaran
masih tetap menuntut, hendaklah dia mau meninggalkannya karena dua hal,
pertama karena takut (kepada Allah) yaitu dengan menumbuhkan perasaan
bahwa ada hal yang lebih layak dicintai, lebih bermanfaat, lebih baik
dan lebih kekal. Seseorang yang berakal jika menimbang-nimbang antara
mencintai sesuatu yang cepat sirna dengan sesuatu yang lebih layak untuk
dicintai, lebih bermanfaat, lebih kekal dan lebih nikmat, akan memilih
yang lebih tinggi derajatnya. Jangan sampai engkau menggadaikan
kenikmatan abadi yang tidak terlintas dalam pikiranmu dengan kenikmatan
sesaat yang segera berbalik menjadi sumber penyakit. Ibarat orang yang
sedang bermimpi indah, ataupun menghayal terbang melayang jauh, ketika
tersadar ternyata hanyalah mimpi dan khayalan, akhirnya sirnalah segala
keindahan semu, tinggal keletihan, hilang nafsu dan kebinasaan menunggu.
Kedua keyakinan bahwa berbagai resiko yang sangat menyakitkan akan
ditemuinya jika dia gagal melupakan yang dikasihinya, dia akan mengalami
dua hal yang menyakitkan sekaligus, yaitu:gagal dalam mendapatkan
kekasih yang diinginkannya, dan bencana menyakitkan dan siksa yang pasti
akan menimpanya. Jika yakin bakal mendapati dua hal menyakitkan ini
niscaya akan mudah baginya meninggalkan perasaan ingin memiliki yang
dicinta.Dia akan bepikir bahwa sabar menahan diri itu lebih baik. Akal,
agama , harga diri dan kemanusiaannya akan memerintahkannya untuk
bersabar sedikit demi mendapatkan kebahagiaan yang abadi. Sementara
kebodohan, hawa nafsu, kezalimannya kan memerintahkannya untuk mengalah
mendapatkan apa yang dikasihinya . orang yang terhindar adalah
orang-orang yang dipelihara oleh Allah.
4. Jika hawa nafsunya masih tetap ngotot dan tidak terima dengan terapi
tadi, maka hendaklah berfikir mengenai dampak negatif dan kerusakan yang
akan ditimbulkannya segera, dan kemasalahatan yang akan gagal
diraihnya. Sebab mengikuti hawa nafsunya akan menimbulkan kerusakan
dunia dan menepis kebaikan yang datang, lebih parah lagi dengan
memperturutkan hawa nafsu ini akan menghalanginya untuk mendapat
petunjuk yang merupakan kunci keberhasilannya dan kemaslahatannya.
5. Jika terapi ini tidak mempan juga untuknya, hendaklah dia selalu
mengingat sisi-sisi kejelekan kekasihnya,dan hal-hal yang membuatnya
dampat menjauh darinya, jika dia mau mencari-cari kejelekan yang ada
pada kekasihnya niscaya dia akan mendapatkannya lebih dominan dari
keindahannya, hendaklah dia banyak bertanya kepada orang-orang yang
berada disekeliling kekasihnya tentang berbagai kejelekannya yang
tersembunyi baginya. Sebab sebagaiman kecantikan adalah faktor pendorong
seseorang untuk mencintai kekasihnya demikian pula kejelekan adalah
pendorong kuat agar dia dapat membencinya dan menjauhinya. Hendaklah dia
mempertimbangkan dua sisi ini dan memilih yang terbaik baginya. Jangan
sampai terperdaya dengan kecantikan kulit dengan membandingkannya dengan
orang yang terkena penyakit sopak dan kusta, tetapi hendaklah dia
memalingkan pandangannnya kepada kejelelekan sikap dan prilakunya,
hendaklah dia menutup matanya dari kecantikan fisik dan melihat kepada
kejekan yang diceritakan mengenainya dan kejelekan hatinya.
6. Jika terapi ini masih saja tidak mempan baginya, maka terapi terakhir
adalah mengadu dan memohon dengan jujur kepada Allah yang senantiasa
menolong orang-orang yang ditimpa musibah jika memohon kepadaNya,
hendaklah dia menyerahkan jiwa sepenuhnya dihadapan kebesaranNya, sambil
memohon, merendahkan dan menghinakan diri. Jika dia dapat melaksankan
terapi akhir ini, maka sesunguhnya dia telah membuka pintu taufik
(pertolongan Allah). Hendaklah dia berbuat iffah (menjaga diri) dan
menyembunyikan perasaannya, jangan sampai dia menjelek-jelekkan
kekasihanya dan mempermalukannya dihadapan manusia, ataupun
menyakitinya, sebab hal tersebut adalah kezaliman dan melampaui batas.
PENUTUP
Demikianlah kiat-kiat khusus untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun
ibarat kata pepatah: mencegah lebih baik daripada mengobati, maka
sebelum terkena lebih baik menghindar. Bagaimana cara menghindarinya?
tidak lain dengan tazkiyatun nafs.
Semoga pembahasan ini bermanfaat.
[Diterjemahkan oleh : Ustadz Ahmad Ridwan,Lc (Abu Fairuz Al-Medani),
Dari kitab : Zadul Ma'ad Fi Hadyi Khairi Ibad, Juz 4, halaman 265-274,
Penulis Ibnu Qayyim Al-Jauziah]
_______
Footnote
[1]. Ini berita batil yang diriwayatkan oleh Ibn Sa'ad dalam
at-Tabaqat/101-102, dan al-Hakim 3/23 dari jalan Muhammad ibn Umar al
Waqidi seorang yang Matruk (ditinggalkan)-- dan sebagian menggapnya
sebagai pemalsu hadis, dari Muhakmmad ibn Yahya ibn Hibban--seorang yang
siqah –namun riwayat yang diriwayatkannya dari Nabi sekuruhnya mursal.
Kebatilah riwayat ini telah diterangkan oleh para ulama almuhaqqiqin.
Mereka berkata: Penukil riwayat ini dan yang menggunakan ayat ini
sebagai dalil terhadap prasangka buruk mereka mengenai Rasulullah
sebenranya tidak meletetakkan kedudukan kenabian Rasulullah sebagaimana
layaknya, dan tidak mengerti makna kemaksuman Beliau. Sesungguhnya yang
disembunayikan Nabi di dalam dirinya dan belakangan Allah nampakkan
adalah berita yang Allah sampaikan padanya bahwa kelak Zaenab akan
menjadi istrinya. Faktor yang membuat nabi menyembunyikan berita ini
tidak lain disebabkan perasaan takut beliau terhadap perkataan orang
bahwa Beliau tega menikahi istri anak angkatnya . Sebenarnya dengan
kisah ini Allah ingin membatakan tadisi jahiliyyah ini dalam hal adopsi ,
yaitu dengan menikahkan Rasulullah dengan istri anak angkatnya.
Peristiwa yang terjadi dengan Rasulullah ini sebagai pemimpin manusia
akan lebih diterima dan mengena di hati mereka.. Lihat Ahkam Alquran
3/1530,1532 karya Ibn Arabi dan Fathul Bari 8/303, Ibn Kastir 3/492, dan
Ruhul Ma'ani 22/24-25.
[2]. Hadis diriwayatkan oleh Bukhari 7/15 dalam bab fadhail sahabat
Nabi, dari jalan Abdullah ibn Abbas, dan diriwayatkan oleh Imam Muslim
(2384) dalam Fadail Sahabat, bab keutamaan Abu Bakar, dari jalan
Abdullah ibn Masud, dan keduanya sepakat meriwayatkan dari jalan Abu
Sa'id al-khudri.
[3]. Hadis Riwayt Bukhari 7/267dari hadis Aisyah secara muallaq, dan Muslim (2638) dari jalan Abu Hurairah secara mausul
[4]. Diriwayatkan oleh Ahmad 6/145, 160, dan an-Nasai dari jalan Aisyah
Bahwa Rasulullah Saw bersabda: Aku bersumpah terhadap tiga hal, Allah
tidak akan menjadikan orang-orang yang memiliki saham dalam Islam sama
dengan orang yang tidak memiliki saham, saham itu yakni: Sholat, puasa
dan zakat. Tidak lah Allah mengangkat seseorang di dunia, kemudain ada
selainNya yang dapat mengankat (derajatnya) di hari kiamat. Tidaklah
seseorang mencintai suatu kaum kecuali kelak Allah akan menggumpulkannya
bersama (di akhirat). Kalau boleh aku bersumpat terhadap yang keempat
dan kuharap aku tiodak berdosa dalam hal ini yaitu tidaklah seseorang
memberi pakaian kepada orang lain (untuk menutupi auratnya) kecuali
Allah akn memberikannya pakaian penutup di hari kiamat. Para perawi
hadis ini stiqah kecuali Syaibahal-khudri (di dalam Musnad di tulis
keliru dengan al-isyq-hadromi). Dia meriwayatkan dari Urwah, dan dia
tidak di tsiqahkan kecuali oleh Ibn Hibban, namun ada syahidnya dari
hadist Ibn Masud dari jalur Abu Yala, dan Thabrani dari jalur Abu
Umamah, dengan kedua jalan ini hadis ini menjadi sahih.
diambil dari: http://almanhaj.or.id/content/2074/slash/0/terapi-rasulullah-dalam-penyembuhan-penyakit-al-isyq-cinta/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar